Rabu, 29 April 2009

Bila KutitipKan

--sebuah puisi--

BILA KUTITIPKAN

Bila kutitipkan dukaku pada langit
Pastilah langit memanggil mendung

Bila kutitipkan resahku pada angin
Pastilah angin menyeru badai

Bila kutitipkan geramku pada laut
Pastilah laut menggiring gelombang

Bila kutitipkan dendamku pada gunung
Pastilah gunung meluapkan api. Tapi

Kan kusimpan sendiri mendung dukaku
Dalam langit dadaku

Kusimpan sendiri badai resahku
Dalam angin desahku

Kusimpan sendiri gelombang geramku
Dalam laut pahamku

Kusimpan sendiri.


Sebuah laku kebijaksanaan dan kebesaran hati yang tergambar dalam puisi itu, yang layak dijadikan "teladan". Berkorban dan bersedia menahan diri demi menghidari kerusakan yang jauh lebih besar. Luar biasa.

Atau, coba simak yang ini :

--sebuah puisi--

RATSAA

anak-anakmu kau serahkan babumu
istrimu kau serahkan sopirmu
dirimu kau serahkan sekretarismu
tuhanmu kau serahkan siapa?

1413

Begitu dalam maknanya, terlebih bagi kita yang seringkali tenggelam dalam kesibukan dunia, dan bahkan lebih mementingkan kesibukan itu dibanding "kesibukan bercengerama" dengan Tuhan.



sumber:
http://fajarspramono.blogspot.com/2008/09/sedikit-tentang-karya-gus-mus.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar